Jelang akhir tantangan Kuliah Bunda Sayang, dan saya makin tidak semangat. Bukan karena kelelahan pasca bepergian selama 6 hari di Jakarta dan Bandung lalu. Meski memang sangat melelahkan. Jadi, posting tentang cerdas finansial kali ini akan sangat singkat.
Beberapa hal terjadi sekaligus dan sangat menghancurkan mood. Laptop yang rusak dan belum diperbaiki, disturbing behaviour partner X, hantu masa lalu yang tiba-tiba muncul, dan seakan melengkapi; pompa air terendam air sumur yang meluap, gas habis selama 2 hari, dan sekering yang terbakar pada malam hari. Jika menghendaki drama, rasanya sudah cukup dramatis.
MasyaAllah. Rasanya saya perlu breakdown dulu.
Tapi tak mau menyerah, saya ingin tetap melanjutkan literasi finansial untuk anak-anak saya. Saya tulis di sini, mungkin memberi manfaat bagi anak dan orangtua lainnya.
Mengajarkan konsep rezeki sudah saya lakukan. Kali ini tentang pelajaran utama mengenainya.
Ada tiga pelajaran utama yang perlu diberitahukan kepada anak agar konsep sebelumnya lebih matang.
- Membedakan kebutuhan dan keinginan. Dasar ini harus sangat kuat pijakannya. Masih banyak orang dewasa yang belum lulus tes sederhana ini. Mereka mengaku butuh dan butuh padahal cuma ingin dan ingin. Bahkan menempuh jalan riba pun asyik saja yang penting keinginan terpenuhi. Saya khawatir anak-anak saya melakukan kesalahan yang sama. Maka, pijakan yang saya siapkan harus kokoh.
- Uang tidak tumbuh dari pohon. Mungkin ini menjadi konsep yang sulit diterima anak. Tentu saja, karena ini hanyalah kiasan saja. Maskudnya adalah, memberitahukan anak sumber pendapatan. Jika perlu plus angka-angkanya (tidak wajib, hanya untuk membuat lebih nyata).
- Bijak memilih sesuai prioritas. Anak perlu sesekali dihadapkan pada realita ingin A, B, dan C, namun hanya punya uang untuk membeli salah satunya. Di sini, kita perlu memperkenalkan anak pada teknik menjadi smart shopper yang tahu cara menentukan prioritas belanjaannya.
Semoga bermanfaat Ayah Bunda….
Mohon maaf jikalau sangat singkat.
Posting Komentar
Posting Komentar