Duh… saya bingung dengan semua deadline yang menyerang saya. Makin saya panik, makin jauh dari selesai. Makin memforsir diri, makin sedikit produktif. Saya heran sekali. Biasanya, saatDL, saya bisa lancar menulis. Pikiran saya terbuka dan cepat beradaptasi dengan tema. Mengapa sekarang tidak bisa? Pertanyaan ini makin membuat saya grogi, dan tahu sendiri hasilnya.
Akhirnya, saya mencoba mencaritahu ada apa dengan cinta eh saya. Sementara ini, ada 7 kebiasaan yang merusak produktivitas saya.
Berikut kebiasaan yang menghambat dan merusak produktivitasmu
- Multitasking.1. Multitasking.Sulit dipercaya jika multitasking malah bisa merusak produktivitas. Multitasking sudah jadi bagian tak terpisahkan bagi saya. Saya yakin para ibu lain pun melakukan hal yang sama. Memasak sambil berselancar ke dunia maya, misalnya. Sebelum kamu protes, saya beritahu dulu, multitasking yang saya maksud adalah yang sama-sama membutuhkan konsentrasi. Kalau mencuci baju sambil membaca, menyetrika sambil nonton TV… multitasking yang ini beda. Meski bagi beberapa orang tetap tidak efektif, karena kurang fokus. Hahahaha…. Bagusnya sih, ambil satu pekerjaan, selesaikan dengan baik, baru ambil pekerjaan lain. Itulah sebabnya para kaum Mars – pria selalu fokus dan produktif.
- Meletakkan Android/Tablet/TV di sebelah.Guilty pleasure terbesar adalah menghabiskan waktu yang sangat banyak untuk mengecek media sosial, membaca berita secara daring, bermain game, atau asyik mengetik di WhatsApp, Telegram, BBM, Line dan semacamnya. Baru ingat setelah bermenit-menit berlalu. Saya sering kembali ke pekerjaan utama dengan rasa terkejut karena ternyata sudah menghabiskan waktu 60 menit untuk hal yang sesalnya mirip makan mi instant 10 cabai setan. Antara nagih dan menyesal karena jahat kepada ginjal. Pencegahan yang agak efektif adalah mematikan data/meletakkan Android jauh dari jangkauan/mematikan semua notifikasi/mencabut kabel (TV) dan bisa lebih kreatif dari itu.
- Duduk di kursi sepanjang hari.Sakit punggung dan kaki, saya cukup akrab dengan keduanya. Bahkan sekarang p*nt*t saya juga sakit sekali karena duduk sepanjang hari. Bisa 16 jam per hari dengan jeda rehat yang tak lama, karena kebutuhan. Saat sudah sakit, otomatis apapun yang saya lakukan jadi lebih lama.Posisi bekerja bagi para penulis seperti saya adalah berdiri. Atau, setidaknya,jika tetap duduk di kursi, sesekali berjalan-jalanlah ke sekitar untuk melancarkan darah dan membuat tubuh fit kembali.
- Begadang.Begadang tidak akan membuat produktivitas naik. Saat deadline mungkin memang lebih cepat menyelesaikan tulisan – karena ada bantuan hormone – tetapi setelah itu biasanya akan lebih lama dalam mengerjakan sesuatu karena tubuh juga perlu waktu untuk pulih. Tidur tepat waktu dan sesuai porsi akan membuat prouktivitas naik, karena kamu jadi lebih sehat, lebih bahagia, lebih cerdas, lebih teliti, dan bisa memperoleh ide-ide cemerlang.Jika memang waktunya tidur, jangan paksa tetap bekerja, apalagi begadang sampai tengah malam. Tidur tepat waktu dan bangun lebih awal lalu melanjutkan pekerjaan lebih baik daripada memaksa menyelesaikan sampai pagi.
- Perfeksionis. Pasti pernah menghabiskan waktu cukup banyak untuk membuat sesuatu lalu merombaknya lagi karena merasa kurang bagus dan berkali-kali melakukannya, saat sadar, sudah banyak waktu terbuang. Saya tipe perfeksionis dan pastinya sering tidak produktif karena fokus pada kesempurnaan, bukan penyelesaian. Contohnya saat menulis, saya sering merasa kurang membaca dan kurang informasi sehingga keasyikan membaca dan lupa menulis.
- Mengabaikan alarm dan kembali tidur.Dulu sih… dulu ya…. (catet), saya sering mematikan alarm lalu balik tidur. Kebisaan ini jamak banget di kalangan jomblo (maaf bawa-bawa jomblo). Setelah punya anak dan tanggungjawab besar, kebiasaan saya ini jauh berkurang. Tapi ada beberapa kali saya melakukan kebiasaan lama ini saat hari libur sekolah. Yup… karena jadwal sekolah anak. So… jika anak-anak libur dan saya mengabaikan alarm… saya bisa bablas tidur sampai jam 8 pagi. Badan tidak nyaman, uring-uringan, menyelesaikan pekerjaan domestik sekadarnya, daaan…. Sulit bekerja an berkonsentrasi. Rugi… rugi… rugi…Yang harus kamu lakukan: jam berapa pun alarm bunyi, langsung bangun, matikan alarm, dengarkan musik, senam kecil, dan bikin kopi.
- Tidak sarapan.Dengan alasan buru-buru, sering skip sarapan, kan? Atau Cuma minum kopi dan sekerat roti tanpa isi serat dan protein. Sarapan ibarat mesin bakar tubuh. Fungsinya sangat besar. Sarapan bukan hanya penghalau lapar tetapi juga memberikan tenaga untuk kebutuhan terbesar di pagi hari.Tips sarapan yang baik adalah sarapanlah dengan menu yang seimbang antara karbohidrat, serat dan proteinnya. Silakan googling contoh sarapan sehat dan sederhana – jika masih tahap mencoba membiasakan sarapan.
Nah... itu identifikasi saya sementara tentang kebiasaan yang merusak produktivitas. Mungkin kamu punya tambahan bagi saya? Jangan ragu menuliskannya di komentar.
Setuju banget bun. Malah menurut saya multitasking itu menurunkan konsentrasi dan daya ingat kita seketika. Pengalaman soalnya hahaha. Trus hp jg bikin lupa ngrjain yg lain. Pokoknya setuju ama smua yg mba tulis. Kerasa ama saya ?
BalasHapusSetuju banget. Meski kadang multitasking itu menguntungkan, tapi di lain pihak juga kurang baik terhadap produktivitas
BalasHapusbegadang mungkin memang menjadi kendala buat saya
BalasHapustapi kadang deadline memaksa untuk begadang
meski paginya produktivitas menurun krna ngantuk dan lelah
Wah multitasking termasuk ya mbk, pdahal sering banget ngelakuin ini. Bener banget tu, ngeletakin gadget didekat kita. Btw makasih sharingnya mbk :))
BalasHapusKayaknya saya sering deh melakukan ketujuh kebiasaan ini. Duh, saatnya berbenah diri sepertinya. ?
BalasHapus8. Terlalu banyak yang diinginkan
BalasHapusKalau saya gitu kadang xixixi
1 - 7 setuju bangettt